Jumat, 05 Juni 2015

Peduli Banjarnegara

"Mba, besok deadline buat bikin cerita tentang peduli Banjarnegara ya mba. "
Pinta Lutfi, Admin blog ini setelah launching entrian pertama kemaren. Iya, kemaren. Kemarennya lagi, kemareeeeenn banget, sampe ketemu neneknya dari kemaren.

"Lah. Kenapa gue?" tanya gue lugu sedikit sewot
"Karena banyak yang nunggu cerita dari mba Icha.."

 ....
 ....
 .... gombal :p

 "Tapi gue gak tau ceritanya Pi." gue manggil dia, Upi, biar rada imut :p
"Pinta bang Islah aja yang buat cerita!"  
Ide cemerlang biar lepas dari bikin ceritapun keluar. Tapi ternyata bocah ingusan itu tetep aja maksa.

"Ya udah gini deh mba, mba Icha tanya ke bang Islah, tapi entar yang nulis di blognya mba Icha aja. Gimana?"

Gue?
Nelen ludah. Dasar bocah tukang maksaaaaaaaaaaa.

Aaaaaaaakkk,, some body help,,, aku dipaksaaaa!!
***
Jadi di akhir Desember kemarin tepatnya 20 s/d 21 Desember 2014, kita,  gila traveller ranger ikut ngegalang dana untuk Banjarnegara.

Ada yang inget, waktu itu Banjarnegara kenapa?
Ia, betul. Longsor.

Menurut data yang gue rangkum (baca : tulis ulang), pada tanggal 13 Desember 2014, longsor tersebut terjadi karena materi penyusun bukit Telagalele adalah endapan vulkanik tua yang sudah lanjut dan lapuk ditambah dengan kemiringan lereng yang lebih dari 60%. (Nah, bagian yang ini harus kalian baca kayak baca berita liputan 6 ye, biar makin greget.)

Intinya,, banyak korban jiwa, harta benda juga. Jadi, waktu tanggal 20 s/d 21 Desember 2014 itu,, kita ngadain charity buat Banjarnegara.

Titik pointnya di sepanjang jalan Bojonggede & Pemda Cibinong. Dari hari sabtu s/d minggu, kita berhasil ngegalang dana yang ditransfer ke Banjarnegara via Japen, dan pakaian layak pakai ke posko bantuan untuk Banjarnegara terdekat.

Moga kedepannya kegiatan sosial kita makin banyak ya. Yuk, kapan-kapan ikutan gabung!

 


Senin, 11 Mei 2015

Alat Bantu Pendaki

written by : Islahudin (islahudinbege@gmail.com)

Catatan ini sengaja dibuat memenuhi panggilan dari GIRANG (Gila Traveller Rangers) untuk menyampaikan materi tentang perlengkapan pribadi disaat pendakian.

sumber gambar : ranselhitam.wordpress.com
Secara bahasa, pendakian berasal dari kata daki yang memiliki dua arti. Pertama manjat dan yang kedua kotoran sisa debu bercampur keringat yang melekat pada tubuh. Secara istilah, pendakian ialah kegiatan olahraga dengan berjalan kaki untuk menjejaki pegunungan atau perbukitan yang biasanya berakhir diantara puncak kedua destinasi tersebut

Sebelum melakukan pendakian, pendaki harus mengetahui jenis pegunungan atau bukit yang akan dituju pendaki. Karena, itu sangat berpengaruh dengan peralatan yang harus dibawa nantinya. Tidak perlu seorang pendaki membawa barang yang tidak dibutuhkan disaat pendakian karena itu akan menjadi beban dan menghambat dari orientasi awal.

Sebelum beberapa penjabaran alat pendaki pemula (untuk alat pribadi), Penulis hanya berbagi pengalaman dengan niatan tidak bermaksud untuk menggurui atau merubah cara pandang pendaki pada sebuah pendakian. Pembaca dibolehkan untuk memberikan saran atau klarifikasi materi agar hal ini dapat menjadi materi yang paripurna.

Berikut ini adalah beberapa hal yang sangat crucial dalam alat pendakian untuk pendaki pemula yang tidak membawa alat-alat kelompok :

Tas Ransel/Keril atau Daypack
Pilihlah ukuran tas yang sesuai dengan kapasitas barang yang akan dibawa, jangan kosong ataupun overload. Kadang, walaupun tas tersebut bagus apabila tidak sesuai kapasitas barang, maka kenyamanannyapun berkurang. Pilihlah tas yang memiliki batal punggung dan pinggang yang baik sehingga mengurangi rasa pegal. Dewasa ini, telah berkembang variasi bantalan punggung, yang biasa tertulis comfortable atau smartcool. Busa bantalan punggung tersebut dikombinasikan dengan jaring atau hanya besi, viber atau alumunium yang berbentuk setengah oval sehingga punggung mendapatkan sirkulasi udara. Lebih banyak kantong pada tas tersebut maka lebih baik.

Jaket
Jaket adalah salah satu alat gunung yang tidak boleh dilewatkan, cerdas memilih jaket merupakan keharusan bagi pendaki. Jika ingin simple pilihlah jaket yang memiliki tiga dimensi. Windproof, waterproof, dan breathable. Sudah tentu jika ingin memiliki jaket tiga dimensi maka harganya pun akan tiga dimensi. Adapula jaket tiga dimensi dibandrol dengan harga murah namun kualitas ketahanannya lebih rendah.

Pakaian
Usahakan tidak menggunakan kaos katun dan jeans saat pendakian. Jeans adalah windproof  yang baik, namun apabila basah karena external atau internal makan sulit  untuk dikeringkan. Karena jeans bukan breathable yang baik, maka akan membuat anda berkeringat banyak dan mudah lelah dan pegal pada tungkai. Begitupula dengan kaos katun yang memiliki sifat dasar seperti jeans menyerap air namun lamabat dalam menguapkannya. Inilah salah satu penyebab hypothermia. Kaos bola adalah salah satu atasan yang disarankan karena kaos tersebut dibuat dari bahan dryfit/eyelet, paragon, dll. Atau kaos dengan bahan polyester. Bahan ini juga selain cepat menguapkan serapan air, tidak mudah berjamur. Sudah banyak pengguna hobi alam bebas menggunakan bahan tersebut. Untuk bawahan bisa menggunakan rip stop bisa juga digunakan untuk pakaian bagian atas.
 
Matras 
Alat ini adalah salah satu alat yang harus dibawa bagi pendaki yang camp disaat pendakian. Banyak tipe matras yang beredar dipenjual alat outdoor. Matras karet statis lebih tebal dan tahan air serta nyaman untuk kontur bebatuan. Martas aluminumfoil lebih tipis tahan air serta memiliki kelebihan yang bisa menjadi emergency blanket. Matras terbaru adalah sleeping pad, lebih simple packing dan empuk, karena sleeping pad adalah matras tiup.


Sepatu
Pilihlah sepatu yang tepat untuk pendakian. Sepatu trekking adalah sepatu yang cocok karena sudah standard alat daki, berat, waterproof namun sulit kering apabila basah. Simpelnya bisa menggunakan sepatu trail running, contragrief atau vibram adalah alasan yang kuat untuk alas sepatu tersebut.

Kantong Tidur
Kantong tidur yang lebih dikenal dengan bahasa Inggris "sleeping bag” adalah alat yang harus dibawa disaat camp. Terkadang tidur hanya menggunakan jaket saja belum cukup untuk menahan dinginnya suhu udara di gunung. Kantong tidur berbahan polar adalah barang yang sudah banyak ditemukan di toko-toko outdoor. Bahkan dewasa ini ada bahan tyvek yang digunakan sebagai kantong tidur. Lebih tipis, tahan air, breathable, dan simpel. Namun tidak nyaman sepeti menggunakan selimut, bahkan terasa seperti menggunakan kain sarung walaupun tarap ketahanan dingin tidak diragukan. 

Senter/Headlamp
Barang ini harus diikutsertakan dalam packing. Senter/headlamp adalah alat yang wajib dibawa pada saat pendakian gelap. Penulis pernah mengalami kejadian yang buruk disaat pendakian, yaitu lupa membawa headlamp, walaupun tubuh masih kuat untuk berjalan terpaksa penulis harus menginap sampai esok hari karena malam bukanlah saat yang tepat untuk mendaki tanpa dibantu sinar cahaya. Lampu bersinar putih baik untuk malam dalam cuaca yang cerah dan gelap. Lampu bersinar oren digunakan pada saat cuaca berkabut. Headlamp direkomendasikan dibandingkan dengan senter.

Adapun alat pendakian lainnya yang dibutuhkan seperti :
- Ponco atau Jas Hujan 
- Kacamata
- Sarung tangan
- Topi
- Masker atau Syal
- Gaiter
- Pisau
- Jam Tangan
- Kompas atau Peta Kontur
- Kaos Kaki
- Korek
- Alat makan
- Alat mandi dan P3K
- Buku Catatan
- Snack (manis lebih baik)
- Trekking Poles





Kamis, 30 April 2015

Ada Cinta di Bukit Kapur 2

Sebelumnya, di Cinta Fitri. Lah, salah lapak woy!

"Aaaaaakkk,, bang Al,,," Sapa gue setengah menjijikan.

“Bang, masa tas gue dibawain orang. Padahal udah tinggal dikit lagi ya.” curhat gue setengah polos campur bego gegara rada bangga tasnya dibawain orang -__- hufft.
“Parah lo, lo kira tu orang Porter, pake bawain tas lo segala” jawab bang Al setengah ngejek.
“Awas hati-hati. Masih banyak gak di bawah?” tanya bang Al setelah narik tangan gue ke atas.
“Masih bang.” jawab gue singkat.
“Eh bang, fotoiiinn” Hahahahaha. Kelakuan gue udah kayak bocah yang baru tau enaknya difoto.
“Gue lanjut keatas yak. Makasih. Bhay!” pamit gue rada songong setelah difoto :p

Gak berapa lama,,
“Upiiiiiiiii” teriak gue setengah centil.
Lupa kalo itu tempat umum dan banyak orang. Terus gue langsung salting dan tutup mulut gara-gara malu pake acara tereak-tereakan kayak bocah ingusan segala.

“Eh, bisa ya lewat sini?” tanya gue sambil nunjuk lahan depan gue.
“Ya bisalah mba” jawab Lutfi singkat sambil narik tangan gue ke atas.
Thank you” ucap gue sambil nyengir kuda.

Gue tu orangnya emang gak bisa diem sedikit. Gak tau kenapa. Apalagi kondisinya kayak yang baru gue alamin pas sampe atas bukit kapur ini.

Aaaaaaaaakkk,,, gue mau duduuuuukk!
Tuh kan. Tereak gue sambil nyelonjor ngabisin lapak. Setelah cukup atur nafas, gue kembali berdiri dan ngeliat sekeliling gue.

“Aaaaakkk ini kereen bangeett.” Treak gue lagi-lagi setengah oon karena mulut gue suka sering hilang kendali. Terus orang-orang pada ngelirik gue dengan muka sinis dicampur iba.

Kasian yah dia, masa setua itu baru liat yang kayak begini.

Mungkin begitu pikirannya. Jahadh. JAHADH. 
Ah tapi bomat. Yang jelas gue tetep ke’girang’an sambil mesem-mesem jijay.

“Foto-foto yuk!”

Gak jauh-jauh ya emang dari hunting foto sama manjain mata :p Yang cowok-cowok mah pada diriin tenda, yang cewek-cewek sibuk foto-foto. Udah gak aneh ya di girang mah. Muahahaha :p


Gak terasa, makin gelap aja warna langit birunya. Ya, darkblue. Tapi, kebanyakan dari kita masih pada sibuk sendiri. Ada yang masih foto-foto, ada yang ngejar sunset, ada yang ganti baju, ada yang ngetagin tenda, dan ada yang,,,

... berharap kamu ada disini. Eaa

Setelah sholat, ganti kostum (yailah, emang mau kemana segala ganti kostum :p), mulailah kita ngeriung. Itu lapak kapur, penuh sama anak girang. Gimana enggak, tenda aja didiriin 8, ditengah-tengahnya ngampar pula lagi. Bah! Berasa lagi hajatan banget kan -__-“

For your info, acara kemah seru kayak gini merupakan acara pertama girang yang lebih dari 12 jam. Sebelum-sebelumnya cuma one trip one day. Jadi ya,, pada excited banget ngikutin tiap menitnya. Apalagi gue. Jadi maklumin aja.

Setelah semuanya duduk bareng, acara dibuka sama penjenjabaran apa itu girang dan dilanjut sama perkenalan. Nah, bagian ini nih yang ditunggu-tunggu sama cowok-cowok di girang. Emang dasar jolang-jolang (baca : jomblo petulang) ya. Pas giliran cewek cakep yang mau ngenalin diri, semuanya jadi sunyi. Ini modus kekinian banget emang :p

Pas lagi hahahihi, gue gak sengaja liat Rian, Ipang, Kunyit, Kencur lagi pada ngeriung masak. Ia, masak makan malem buat kita-kita. So sweet banget kan mereka? Ya udahlah yaa, sebagai perempuan yang bentar lagi jadi istri orang (aaamiin,, amiin banget :p hahaha), gue merasa terpanggil dong, untuk bantuin mereka. Paling enggak gue bisa jadi asisten merekalah.

Singkat cerita setelah makan malam romantis selesai, sebagian dari kita pada masuk ke tenda masing-masing untuk bochan (baca : bobo cantik) supaya besok bisa bangun pagi untuk liat sunrise. Jadi yang kesisa di amparan aula buat-buatan itu gak banyak. Cuma gue, Rani, Puji, Guntur, Ipank, Bang Ebe, Bang Gagah. Kemudian Kunyit, Kencur, Donja, Abi, Lutfi dan Taufanpun ikut gabung.

“Yah ngapain lagi nih kita?” tanya Ipank memecah kesunyian.
 “Pinjem gitar Pank, pinjem gitar” kata Bang Ebe.
“Iya nih, gue lagi galaaaau” samber Guntur sambil mukul-mukulin tanah yang dia dudukin dengan ekspresi bak artis drama korea. Lah.

Gue, Rani, Puji cuma ngerutin jidat sambil sedikit mesem-mesem gara-gara ngeliat kelakuan anehnya Guntur. Gak berapa lama, Ipank dateng bawa gitar pinjeman. Yeeeeyy!

“Nyanyi lagu apa nih?” tanya bang Ebe

Dari yang awalnya cuma Guntur doang yang nyanyi, di lanjut Ipank pake suara yang diimut-imutin, sampe gue-pun turun tangan buat ngeluarin suara yang agak absurd. Iya, suara gue emang aduhai. Aduhai melengkingnya sampe-sampe tetangga sebelah bangun. Hahahaha. Iya, Adi baru bangun dari tidur panjangnya :p Akhirnya makin ramelah yang ngeriung di aula buatan itu.

Bukit kapur malem itu bak ajang konser musisi-musisi bertalenta (halah). Walaupun sebenernya mah lebih keliatan kayak perlombaaan paduan suara antar desa aja sih. Gimana enggak? Semuanya pada nyanyi. Mereka semua, berusaha ngalahin suara yang timbul satu sama lainnya. Sampe akhirnya suara yang lain gak kedengeran lagi, karena yang kedengeran cuma suara dari kelompok paduan suara kita aja.

Sabar sabar sabar, aku coba sabar,,
Sadar, sadar, sadar seharusnya kita sadaar,,
Kau dan aku tercipta gak boleh berpisaaaaaahh,, yeeey

Eh lagi hening-heningnya, mereka yang denger pada tepok tangan. Hahahahaha. Ah,, kayaknya kita semua yang di atas bukit itu bener-bener menghayati banget syair lagu dari Slank itu. Ckckck. Kesian banget yah kita.

Kita nyanyi dari lagu Ebiet G.Ade, Iwan Fals, Peterpan, Steven and Coconut Treez, Jamrud, Slank, Ruth Sahanaya, Sheila On 7, Domino, ampe dangdutan yang judulnya malem terakhirpun dinyanyiin. Dari lagu yang gak gue hafal, sampe lagu yang gue hafal diluar kepala, dari Puji masih di sebelah gue, sampe Puji balik ke tenda buat tidur, terus Puji bangun dan nyamperin aula buatan lagi bareng Bunda Suci, Dian dan Nova,, gue masih disitu. Gue, Rani, Bang Ebe, Guntur, Lutfi, Ipank, Bang Gagah, Donja, kita masih setia disitu. Setia buat nyanyi, setia buat nikmatin malem sambil nunggu pagi dateng, setia nikmatin angin, dan ...

.... setia nikmatin kebersamaan yang baru dimulai di Desember akhir itu.

Ah,, terlalu banyak cinta disini.
Buat gue, ada elo, dia dan mereka serta kebersamaan kita yang masih seumur anak jagung ini, tapi kita semua tetep solid untuk saling nunggu, saling bantu, saling ngerti, saling ngelengkapin satu sama lain, saling nahan ego masing-masing, saling bagi cerita, itu yang gue sebut cinta. Makasih udah ngajarin itu semua ke gue. *nangis, ambil tisu*



Aaaaaaaaaakkk,, peluk kalian satu-satu!
Jadi, kapan kita kemana?

Rabu, 29 April 2015

Ada Cinta di Bukit Kapur


“Jadi kita naik truk ini nih?” Tanya gue ke salah satu anak girang.
“Omaigaaaaatt, bisa TBC gue!” lirih gue dalem hati.

Ya, itu kesan pertama yang keluar dari mulut gue setelah tau truk yang bakal ditumpangin itu gak banget :p. Gue ulang ya. GAK BANGET. Kondisinya itu loh. Lo tau gak, truk macam kuli yang disuruh bangun rumah pas bawa pasir? Lah. Ribet amat bahasa gue. Maksud gue,, truknya itu truk buat angkut pasir! Sederhananya sih, TRUK PASIR.

Ya Tuhaaaaaann, padahal gue sama anak-anak yang lain udah dandan sekece mungkin buat nanti selfi lucu nan imut di dalem truk. Eh taunya, kita diangkut sama truk model beginian. Udah gitu sisaan pasirnya masih lumayan ada lagi. Duh. Udah kebayang dong?

Yailah si Icha lebay amat. Biasanya pake truk sampah juga. zZz

"Muatnya pake truk ini Cha, kita kan banyakan."

Hmm.. ia sih. Berasa mau Paduan Suara 17an RW emang. Yang ikut sampai yaaa adalah 27 orang. Nih, gue absen ya. Ada gue, Puji, Bunda Suci, Rani, Nanda, Nova, Bang Islah, Bang Ebe, Bang Gagah, Adi, Guntur, Rian, Bang Dika, Taufan. Diluar girang (dan mungkin jadi anak girang) ada Titin, Njon, Nining, Dian, Fitria, Yeni, Donja, Abi, Kencur, sama Kunyit. Hahahaha. Ya kalo bisa, Salam sama Sereh juga ikut. Tapi waktu itu Salam Serehnya lagi mahal. Lah.

Permisi mba, ini lagi ngomongin harga cabe ya?

Ditoyor pake gondola ~~

Sebenernya kencur itu Topik, kunyit itu Ari. Tuh kan banyak! Belom lagi yang udah nangkring duluan buat pasang tenda dari pagi. Ada Lutfi, Ipang, dan Alfiyan.

"Yuk, naikin dulu tasnya."

“Eh sebentar ya, mau beli masker dulu.” Pinta Bunda Suci.
Dan gak sia-sia emang, baru sekitar 20 menit truk itu jalan, akhirnya masker yang dibeli Bunda dipintain sama kita-kita. Huahahahaha. Dasar celamitan! Idih. Padahal gue juga termasuk minta.

Perjalanan Alhamduillah lancar, semua bisa hahahihi gara-gara ulah Adi, Kunyit, Kencur, dan Guntur yang nyolongin rambutan orang pas truk lewatin Pohon Rambutan pinggir jalan. Eh yang ini jangan dicontoh ya :p Waktupun terus berjalan. Cuma gue aja yang jalan ditempat sama masa lalu. Lah.

…. "Mba, aku mau pipis."
Bisik cewek imut pake kacamata yang duduk dipojokan tepat diatas tasnya Adi.

"Hah, mau pipis?" Duh. Panik. Ia, gue panik. Berhubung gue berhati lembut kayak Ibu Suri, jadi gue bisa merasakan apa yang ia rasakan. (halah)

"Udah gak bisa ditahan lagi nih.. Udah gak kuat." Lanjutnya sambil megangin perut.
"Bang, dideket sini ada pom gak? Ada yang mau ke kamar mandi nih." Tanya gue ke Bang Gagah.
"Nanti didepan ada,, tapi agak jauhan. Emang siapa yang mau ke kamar mandi?"
Kemudian gue nunjuk gadis berkacamata itu.
"Coba bilang aja sama Bang Islah, biar truk melipir dulu." Kata Bang Gagah.
"Aduh udah gak kuaaaat"
"Hah gak kuat? Mau lahiran emang?" Nyinyir bang Gagah.
"Ayo ya Ibu,, tahaaaan sebentaaar. Tarik nafaaass,, keluaarkan. Tarik nafas lagiiiii,, keluarkaaaann."

Ya udahlah ya, semuanya pecah sama ketawa gegara ngeliat kelakuan bang Gagah yang kayak mantri persalinan.

Setelah 1 jam kemudian,, (yailah lama amat -___-)

"Nah pom! Melipir melipir." 
Teriak gue rada riweuh kayak orang yang baru nemuin air di gurun pasir. Zzz
"Bisa bangun gak?" Nyinyir Bang Gagah ke gadis berkacamata itu.
"Bisa bang." jawabnya dengan mata berbinar karena nemu toilet.
***
Akhirnyaaaaa,,, sampai jugaaa

Kita sampai kurang lebih jam setengah 4 sore. Iya, ini ngaret banget. Hahahaha. Niatan berangkat dari mepo jam 11.00 eh,, baru berangkat jam 13.00. Unyu-unyu banget kan? Walhasil, pas baru turun dari truk, ada yang ijin buat ngasih makan cacing dalem perut dulu.

Kalo gue? Gue minta bekelnya Nova yang lagi di makan Bunda Suci. Ia, kita berdua emang celamitan. Hahahaha. :p Lo kebanyakan pulsa? Sini, bagi kita aja! Lah.

"Udah kumpul semua? Yuk, kita siap-siap naik. Sini kumpul, doa dulu." Pinta bang Gagah selaku ketua Girang.
"Ayo bang mulai." Colek bang Gagah ke bang Islah.
Setelah tebar tebar pesona (baca : senyam senyum ciri khasnya bang Is), dan kuliah tujuh menit, berdoapun dimulai.
Girang, girang, girang?? Hehehehe
***
Karena yang mau naik banyakan, jadi pendakian dibagi ke beberapa kloter. Kalau gak salah ada 2 kloter (yaelah, dibagi 2 aja, segala pake bahasa beberapa :p). Dan gue kloter pertama yang dipandu sama Bang Ebe & Guntur. Disusul di belakangnya ada gue, Nanda, Titin, Puji, Bunda Suci, Bang Dika, Kencur & Kunyit.

Setelah lewatin hutan jati, perjalanan yang ngebuat nafas megap-megappun di mulai.
Awas cacing!
Hiii,, bergidik gue ngeliat depan mata gue cacing segede cacing yang abis nelen pisang. Gede banget! Tapi sayang gak sempet gue foto.

Rest.

Pinta gue. Hahahaha. Payah banget yak. Padahal anak SD pada kuat mondar mandir kesini. Setelah ngatur nafas sejenak, gak lama, kita naik lagi. Treknya itu terus-terusan naik. Makanya emang bener lagu anak-anak itu. Naik,, naik, ke puncak gunung, tinggi tinggi sekali.

"Mba, masih kuat gak? Tasnya mau gue bawain?" Tanya guntur mecahin lamunan gue.
"Kuat. Masih." Jawab gue singkat sambil atur nafas.

Ibie, tas kuning kesayangan gue, masih ada di punggung gue. Sampe detik-detik menuju puncak gemilang cahaya mengukir cita seindah asa. Teettt! Lagu Afi! *abaikan*
"Duluan aja, kepala gue pusing." Padahal mah pusing masih bisa ditahan, tapi hati yang kering kerontang gak bisa ketolong lagi. Eaaaa

"Istirahat dulu lagi deh. Maaf ya. Yang mau duluan mah duluan aja."
"Tenang aja mba Icha, bakal ditungguin ko." Kata bang Ebe nenangin
"Minum dulu cha. Sini tasnya Nanda bawain."

Ah, tawaran yang menggiurkan, apalagi setelah gue liat tasnya Nanda udah pindah tangan. Jadi dia lenggang kangkung pas keadaan gue emang lagi butuh bantuan.

Haduh, ambulance kek. (yaelah, ini kelewat lebay :p)

"Yuk naik lagi." Pinta gue saat Ibie udah digembol Nanda duluan.

"Aaaaaakkk,, bang Al,,,"
Teriak gue setengah menjijikan.